Media Promosi Yang Sering Digunakan
Terkait hubungan antara media promosi berupa buku dan pop-up book, hasil penelitian dari Widowati (2013) menjelaskan bahwa pop-up book dapat digunakan sebagai media promosi kesehatan mulut, gigi, dan kulit tangan. Selain itu, Rubin (popuplady.com, 2018a-2018c) menyebutkan pada tahun 1965 Waldo ‘Wally’ Hunt membentuk Graphic International untuk menggunakan pop-up sebagai iklan dan pop-up book juga pernah digunakan sebagai media promosi pada Maxwell House Coffee.Media promosi sangatalah banyak salah satunya dengan company profile peusahaan,apabila anda ingin membuat company profile perusahaan, jasa pembuatan company profile bekasi bisa menjadi solusi untuk anda. Apabila dikaitkan dengan pariwisata, popup book juga dapat digunakan sebagai media promosi destinasi wisata. Pop-up Book dapat digunakan sebagai media promosi karena memiliki tampilan visual yang menarik dengan mekanisme bergerak dan ilustrasi tiga dimensi yang terdapat di dalamnya.
Dalam bidang pariwisata, terdapat kegiatan promosi yang memerlukan penggunaan berbagai macam media. Peran penting company profile perusahaan salah satunya adalah sebgai media pengenalan atau prmosi,kini hadir jasa pembuatan company profile untuk membantu pembuatan company profile perusahaan anda.Sehubungan dengan hal tersebut, Banyuwangi sudah menerapkan kegiatan promosi dengan berbagai macam media. Dalam kegiatan promosinya, Banyuwangi menggunakan strategi media yaitu paid media, owned media, social media, dan endorser atau disingkat POSE (Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2017:93). Salah satu poin dari POSE adalah owned media, yang dapat diartikan segala jenis media yang dimiliki Banyuwangi untuk kegiatan promosi. Berdasarkan observasi pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi pada bulan Juli – September 2017 dan informasi yang dikumpulkan, owned media yang dimiliki Banyuwangi hanya berupa website, baliho, buku promosi (booklet), dan brosur-brosur, media-media tersebut tergolong umum dan hampir digunakan oleh siapa saja dalam melakukan kegiatan promosi.
Selain itu, pada owned media Banyuwangi berupa media cetak (buku promosi dan brosur), untuk saat ini sedang mengalami penurunan nilai guna. Salah satu contohnya adalah pada saat event Diaspora tahun 2017, pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi menyediakan satu paket tas berisi buku promosi dan brosur untuk setiap pengunjung. Namun pada saat selesainya event tersebut, banyak tas berisi buku promosi dan brosur yang ditinggalkan dibawah kursi pengunjung. Hal ini mungkin dapat terjadi dikarenakan media cetak berupa buku promosi dan brosur sudah mulai kurang menarik dan ketinggalan zaman apabila dibandingkan degan media internet atau sosial media yang ada sekarang.